Sunday, 10 March 2019

107.Meneladani praktisi tempo dulu


Keterangan gambar :
Poster Guru Sesepuh Aliran Sukhavati

Petikan Ceramah Master Chin Kung
Judul : Meneladani praktisi tempo dulu

“Menfitnah insan bersusila, penjepit besi mencabut lidahnya”.

“Menfitnah insan bersusila”, ini adalah karma buruk yang dilakukan melalui ucapan, manusia tidak punya rasa takut lagi, apapun berani dilakukannya, tidak tahu bahwa diri sendiri telah melakukan karma buruk melalui ucapan, andaikata dia memahami Hukum Sebab Akibat, dia pasti akan menjauhi kesesatan, berlindung pada Dharma Sejati, mendekati insan bijak, orang baik, ini merupakan kebenaran yang tak ter-elakkan.

Dari sini dapat diketahui, setiap pelaku karma buruk yang dilakukan melalui ucapan, tidak tahu akibat karma yang diperbuat, balasan yang akan diterimanya.

Praktisi awam mesti memenuhi standar sebagai “Insan bersusila”, anggota Sangha mesti memenuhi standar sebagai “Anggota Sangha senior”, ini merupakan standar yang harus dipenuhi oleh praktisi Buddhis.

Maka itu bila membahas tentang belajar Ajaran Buddha secara benar, tak peduli anggota Sangha maupun umat berkeluarga, tidak hanya mesti mengandalkan ajaran sutra, juga mesti mengandalkan Triratna, yang paling penting adalah memilih salah satu Praktisi senior zaman dulu untuk dijadikan teladan.

Ketika saya menjadi praktisi pemula, guruku (Upasaka Li Bing-nan) juga mengajariku seperti ini, guru membiarkan diriku memilih sendiri praktisi zaman dulu yang mana yang hendak dijadikan teladan.

Hanya saja Guru Li mengatakan padaku ada 2 orang yang tidak boleh ditiru, yakni Su Dong-po (sastrawan), Su Dong-po sangat terkenal, jadi tidak boleh menirunya.

Selain itu juga tidak boleh meniru Liang Qi-chao (jurnalis). Meskipun kedua orang ini adalah umat Buddha yang tulus, orientasi duniawi (minat pada hal-hal yang berbau duniawi) mereka terlampau berat, maka itu tidak boleh ditiru.

Meskipun dalam kalangan Buddhis, mereka sangat tersohor, menulis banyak artikel untuk menyebarluaskan Ajaran Buddha, namun tabiat mereka dalam bidang sastra begitu berat.

Guru Li bilang sebagai praktisi Aliran Sukhavati, kita boleh memilih Master Lian Chi atau Master Ou Yi atau Master Yin Guang untuk dijadikan teladan kita, mereka merupakan Guru Sesepuh Aliran Sukhavati. Dengan mengambil seorang sosok jadi teladan, barulah kita mudah mencapai kemajuan batin.

Contohnya Master Ou Yi meneladani Master Lian Chi. Sedangkan di dalam Dharma duniawi, ada Mencius yang meneladani Konfusius, saat itu Konfusius telah wafat; Sima Qian (Sejarawan) meneladani Zuo Qiu-ming (Sejarawan tunanetra yang tersohor); Han Yu (Penyair) meneladani Sima Qian.

Inilah teladan yang ada, baik di dalam Dharma non duniawi maupun Dharma duniawi, jadi memilih seorang sosok untuk dijadikan teladan adalah sangat penting adanya.

Balasan karma dari menfitnah insan bersusila adalah jatuh ke Neraka Pencabut Lidah, “Dengan penjepit besi mencabut lidahnya”, inilah akibat dari menciptakan karma buruk melalui ucapan, maka itu tidak boleh menfitnah praktisi baik yang berasal dari anggota Sangha maupun umat berkeluarga.

Dipetik dari : Ceramah Master Chin Kung
Judul : Sutra Pertanyaan Ananda Tentang Balasan Baik dan Buruk dari Belajar Buddha Dharma
Serial : 11
Tahun : 1982
Kode Artikel : 15-006-0011


淨空老法師開示節錄 :
選擇古人作為自己的典型

  【誹謗清高士。鐵鉗拔其舌。】
    『誹謗清高士』,這句是講口業,人不知道好歹、不知道善惡他才造口業,如果他明白善惡因果,他必定會遠離諸邪,歸依正法,而親近賢人、善人,這是必然的道理。由此可知,凡是造口業的人都是不曉得善惡好歹、因果報應。「清高士」,在家要為高士,出世要為高僧,這是學佛之人應當要取法的。所以談到真正的學佛,無論是在家、出家,不僅僅我們要依靠經典,要依靠三寶,最好在古大德當中取一個人作為自己的榜樣。我在最初學佛,老師也曾經教給我們,老師是讓我們自己去選擇古人作為自己的典型、榜樣。然而老師對我特別指出兩個人,他說這兩個人不能學,他老人家給我說,古人不學蘇東坡,蘇東坡很有名氣,不能學他,今人不學梁啟超。這兩個人都是佛教徒,而且算得上虔誠的佛教徒,為什麼不能學他?我們讀這個經好,他的世間意太重,所以不可以學。他雖然在佛教裡頭很有名氣、很有聲望,替佛教也做了不少文章,他就是文人的習氣不斷。

  老師也提供一個人給我們做參考,譬如說古人,我們念佛,可以學蓮池大師、可以學蕅益大師,近代的可以學印光大師,這都是淨土宗的祖師,我們要有個榜樣,自己容易成就。譬如說蕅益大師就是學蓮池的,世間法裡也有,像孟子就是學孔子的,孔子也不在了;司馬遷學左丘明,就是學《左傳》,學左丘明;韓愈諸位曉得這是唐宋八大家的首領,他就是學司馬遷的,就是學《史記》的。這就是世出世間法我們都應該要有個典型、有個榜樣,這是很重要的。毀謗清高士的果報在拔舌地獄,『鐵鉗拔其舌』,這是造口業的果報,所以高僧、高士萬萬不可以毀謗。

文摘恭錄 阿難問事佛吉凶經  (第十一集)  1982  台灣景美華藏圖書館  檔名:15-006-0011