Saturday 23 February 2019

32.Akibat karma bagaikan bayangan mengikuti diri Bgn 1


Petikan Ceramah Master Chin Kung
Judul : Akibat karma bagaikan bayangan mengikuti diri
(Bgn 1)

Selanjutnya Buddha Sakyamuni menyampaikan pada kita bahwa “Hukum Sebab Akibat tidak pernah meleset”. Akibat dari karma baik dan buruk adalah bagaikan bayangan yang mengikuti diri, tak berdaya dipisahkan. Anda tidak boleh meragukan kebenaran ini, bila meragukannya  maka “Diri sendirilah yang menyebabkan diri sendiri jatuh ke alam penderitaan”, jangan salahkan orang lain.

Berikut ini adalah kisah Guru Negara Wu Da. Kisah ini dimulai dari Dinasti Han pada masa Kaisar Han Jingdi bertahta. Dinasti Han merupakan sebuah era yang cukup makmur. Dalam perkembangan sejarah Tiongkok terdapat dua Dinasti yang cukup berjaya, yakni Dinasti Han (era Kaisar Han Wendi dan Kaisar Han Jingdi) dan Dinasti Tang (era Kaisar Tang Taizong dan Kaisar Tang Xuanzong).

Pada waktu itu Kaisar Han Jingdi mempunyai 2 orang pejabat, yakni Yuan Ang dan Chao Cuo, keduanya merupakan musuh berbuyutan, walaupun bertatap muka di pemerintahan, namun mereka juga takkan saling menyapa.

Pada tahun 154 Masehi, para bangsawan Wu dan Chu mulai melakukan pemberontakan, oleh karena para bangsawan yang menguasai lahan tanah berubah jadi raja-raja kecil.

Peristiwa begini sudah umum terjadi pada zaman dahulu kala, dimana Dinasti Han kemudian pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil, sampai akhirnya Kaisar Qin Shi-huang menyatukan seluruh wilayah Tiongkok menjadi Kekaisaran Qin.

Peristiwa pemberontakan bermula dari Chao Cuo yang mengusulkan pada Kaisar Han Jing-di supaya lahan tanah yang dianugerahkan kepada para bangsawan jangan terlalu luas, kalau terlalu luas nanti mereka bisa memberontak, lagi pula pemerintah pusat juga sulit mengontrolnya. Usulan Chao Cuo ini diterima oleh Kaisar Han Jingdi.

Saat itu para bangsawan jadi panik karena Kaisar Han Jingdi mulai mengurangi jatah lahan mereka, para bangsawan menjadi tidak senang, maka itu Wu dan Chu meminjam kesempatan ini untuk memberontak.

Akhirnya Yuan Ang menemukan alasan untuk menjatuhkan Chao Cuo, dia menuduh Chao Cuo yang menyebabkan terjadinya pemberontakan para bangsawan.

Ketika Kaisar Han Jingdi menanyakan solusinya, Yuan Ang menjawab asalkan Chao Cuo dihukum mati maka pemberontakan pasti bisa reda. Kaisar yang lagi kebingungan, segera menjatuhkan hukuman mati pada Chao Cuo.

Di kemudian hari Yuan Ang oleh karena sesuatu hal sehingga  menyinggung perasaan Kaisar Liang, kemudian Kaisar menjatuhkan hukuman mati padanya, inilah buah akibat dari menfitnah dan mencelakai orang.

Mengucapkan kata-kata yang menghasut sehingga insan baik dibunuh, di kemudian hari dia juga dibunuh, inilah karma yang langsung masak dalam satu masa kehidupan.

Kemudian pada masa Dinasti Tang terdapat seorang Bhiksu yang bernama Zhi Xuan, yakni Guru Negara Wu Da. Sebelum diangkat menjadi guru negara, suatu hari Bhiksu Zhi Xuan bertemu dengan seorang anggota Sangha yang kondisinya sungguh memprihatinkan, menderita penyakit, sepertinya adalah penyakit kulit, sekujur tubuhnya bengkak-bengkak dan membusuk, mengeluarkan bau tak sedap, membuat semua orang menjauhinya.

Bhiksu Zhi Xuan amat bermaitri karuna, melihat kondisi anggota Sangha ini sangat memprihatinkan, maka itu menjaga dan merawatnya, memberinya makan dan minum, mencari obat-obatan untuk menyembuhkan penyakitnya.

Meskipun memakan waktu yang lama, namun Bhiksu Zhi Xuan bersabar merawat anggota Sangha itu hingga sembuh. Anggota Sangha yang sakit ini melihat kemuliaan dan ketulusan hati Bhiksu Zhi Xuan, walaupun perangaiku buruk, sengaja membuatnya repot, tetapi dia tidak pernah kesal, selalu datang merawatku, orang begini sungguh sulit ditemukan.

Setelah tubuhnya berangsur-angsur sembuh, mereka saling berpamitan, anggota Sangha itu berpesan pada Bhiksu Zhi Xuan, kelak kalau bertemu dengan masalah besar, ingatlah mencariku di Pengzhou, Provinsi Sichuan.

Siapakah anggota Sangha yang menderita sakit itu? Yakni seorang Arahat, bernama Y.A.Kanaka, dia sengaja menjelma untuk menguji apakah benar Bhiksu Zhi Xuan berhati maitri karuna. Alhasil ternyata Bhiksu Zhi Xuan memang berhati maitri karuna, maka itu sebelum berpisah, dia berpesan pada Bhiksu Zhi Xuan, bila ditimpa masalah, jangan lupa datang mencarinya.

Dipetik dari : Ceramah Master Chin Kung
Judul : Sutra Pertanyaan Ananda Tentang Balasan Baik dan Buruk dari Belajar Buddha Dharma
Serial : 04
Tahun : 1982
Kode Artikel : 15-006-0004


淨空老法師開示節錄 :
善惡追人。如影逐形
()

  後面這段佛跟我們講「因果不爽」。
  【佛言。阿難。善惡追人。如影逐形。不可得離。】
  這是從比喻上說。
  【罪福之事。亦皆如是。勿作狐疑。自墮惡道。】
  善惡果報就像影隨著人的形一樣,沒有法子離開。你千萬不可以疑惑,你要再疑惑是『自墮惡道』,不能怪別人。
  【罪福分明。諦信不迷。所在常安。佛語至誠。終不欺人。】
佛不會騙我們的,『善惡追人』,在此地我們跟諸位也做一個簡單的解釋。「善惡報應,追逼於人,如影之不離,不能避免」,真是緊貼著你的身邊,沒有法子。下面我們舉一個事證,這樁事情是記載在《歷史感應統紀》與《神僧傳》裡頭,就是悟達國師的公案。這樁事情是出在漢景帝的時候,這在漢朝也算相當興盛的一個時代,在歷史上有記載,是在前漢。我們中國的政治,歷史上有兩個時期是非常開明,就是政治辦得很好的,在漢朝就是文景,漢文帝、漢景帝,這是政治最賢明的一個時代;後來有貞觀之治,就是唐太宗以及唐明皇的初年,就是貞觀、開元,這都是在我們中國歷史上最著名的賢明的政治。當時景帝有兩個大臣,一個是袁盎,一個是晁錯,這兩個人是冤家對頭,雖然在朝廷裡面,他們兩個見面都不講話的。吳與楚這兩個地方,吳就是現在的江蘇,楚是現在的湖南,這兩個地方反叛。這個事情是在公元一百五十四年,距離古時候封建還不算太遠,秦統一之後就不再有這個封建了,中央政府的確是有權力來統治全國。在這個之前,晁錯曾經請削諸侯地,不要讓諸侯所轄的土地太大,因為太大怕他造反,中央控制不了,他曾經有這麼一個建議,皇帝採納了。這個時候地方上的諸侯,因為皇帝要削他們的地,當然他們心裡很不痛快,所以吳、楚就藉這個機會來造反。於是乎袁盎他就假公濟私要來報他的私仇,說吳、楚反完全是因為晁錯請削諸侯地而起的。皇帝問他怎麼辦?他說很容易,只要把晁錯殺了,斬錯謝吳國,這個事情就了了。皇帝也是一時糊塗,真的就把晁錯殺了。

可是袁盎以後因為別的事情得罪了梁王,為梁王所怨被殺,這就是殺人的果報。進饞言,饞錯之報尚不止此,他害了人家,自己以後也被殺了,可見得這個果報我們一般講現世報。可是到後來出現這麼個事情,唐朝的時候有個出家人叫知玄,就是悟達國師,這裡頭關係人有個迦諾迦尊者。唐朝知玄法師在沒發達的時候,在路上遇到一個出家人,這個出家人好可憐,害了病,好像害的皮膚病,全身都是紅腫潰爛,那個氣味之難聞,別人聞到這個氣味都走得遠遠的,不敢接近他。他很慈悲,看到這個出家人好可憐,就常常去照顧他,給他飲食,想方法去找醫藥來治他的病,照顧這個可憐的出家人;而且時間很久,因為他那種病不是一天、二天能治好的,是很長的一段時期。這個害病的出家人看到這個人不錯,心地很誠懇,我這樣不好的脾氣,故意找他麻煩,他都不生氣,他都常常來照顧我,很難得。以後漸漸身體好了他就跟他告別,告別的時候跟知玄說,你以後有大難的時候,你到四川某一個地方來找我,就是到四川彭州你來找我,到你有大難的時候你來找我。他也無所謂,也沒記在心裡頭。那個可憐的生病的出家人是什麼人?是個阿羅漢,就是迦諾迦尊者,是他變化的,換句話說,來試驗他是不是真的有慈悲心。結果試驗他,他的確是有慈悲心,所以臨走的時候就交代他。

文摘恭錄 阿難問事佛吉凶經  (第四集)  1982  台灣景美華藏圖書館  檔名:15-006-0004